Oleh: Roni Hariyanto Bhidju, S.PdRefleksi adalah proses penting dalam pendidikan, yang memungkinkan guru untuk mengaktifkan, memahami, dan memperbaiki kualitas pengajaran. Refleksi menjadi jembatan antara pengalaman masa lalu dan upaya untuk mencapai pembelajaran yang lebih baik di masa depan. Namun, di daratan Timor, konsep refleksi ini sebenarnya telah lama dikenal melalui tradisi budaya yang disebut Naketi.Dalam tradisi suku Dawan, naketi bukan sekadar diskusi, melainkan sebuah proses mendalam untuk menyelesaikan persoalan dengan mempertimbangkan berbagai sudut pandang. Naketi dilakukan dengan penuh kehormatan, kesabaran, dan ketulusan untuk menemukan solusi yang adil dan harmonis. Filosofi ini tidak hanya menjaga keseimbangan sosial dalam masyarakat, tetapi juga melatih setiap individu untuk lebih bijak dalam menghadapi tantangan.Ketika nilai-nilai naketi diadopsi ke dalam pendidikan, guru di Timor memiliki landasan yang kuat untuk menjalankan refleksi. Refleksi tidak hanya menjadi alat evaluasi, tetapi juga proses introspeksi yang melibatkan hati dan pikiran. Guru dapat memanfaatkan refleksi untuk menjawab pertanyaan penting, seperti:Bagaimana siswa dapat lebih terlibat dalam pembelajaran?Apakah materi yang diajarkan relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka?Apa yang perlu diperbaiki agar metode pengajaran menjadi lebih efektif?Dengan semangat naketi, refleksi menjadi lebih dari sekedar tugas, melainkan sebuah panggilan untuk memperbaiki diri demi kebaikan siswa. Misalnya, seorang guru yang menyadari bahwa siswa yang kesulitan memahami konsep tertentu dapat mengubah pendekatannya, menggunakan alat peraga, atau melibatkan siswa dalam kelompok diskusi. Solusi-solusi ini lahir dari refleksi yang tulus dan dihapuskan pada nilai-nilai budaya yang menghormati dialog dan kolaborasi.Lebih jauh, refleksi yang diinspirasi oleh naketi mengajarkan kepada siswa bahwa pembelajaran adalah proses yang tidak pernah berhenti. Guru yang mau memikirkan dan memperbaiki diri menjadi teladan bagi siswa untuk tidak takut gagal, selalu belajar dari kesalahan, dan terus berusaha menjadi lebih baik.Pada akhirnya, pendidikan di daratan Timor bukan hanya tentang mentransfer pengetahuan, tetapi juga tentang menghidupkan nilai-nilai budaya yang kaya dan bermakna. Dengan mengintegrasikan naketi ke dalam refleksi, kita tidak hanya melahirkan guru yang lebih bijaksana dan kompeten, tetapi juga generasi muda yang menghargai budaya mereka dan mampu berpikir kritis. Refleksi, sebagaimana halnya naketi, adalah perjalanan menuju keharmonisan, baik dalam pembelajaran maupun dalam kehidupan.Salam Guru Pelosok😍😍
Oleh: Roni Hariyanto Bhidju, S. Pd,.Gr Kefamenanu, 1 April 2025 – Semangat Iman dan kebersamaan menyatu dalam pelaksanaan Kemah Paskah Pemuda GMIT Klasis Timor Tengah Utara (TTU) yang berlangsung selama tiga hari, dari tanggal 1 hingga 3 April 2025, bertempat di Gereja Syalom Maumolo. Kegiatan yang penuh makna ini mengusung tema Melewati Salib Menuju Kemenangan , sebagai “refleksi” mendalam bagi pemuda GMIT dalam menjalani kehidupan beriman yang lebih kokoh. Hari pertama kemah paskah dibuka secara resmi dalam sebuah seremoni yang dihadiri oleh Wakil Bupati Timor Tengah Utara, Kamillus Elu, SH, didampingi oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) TTU, Hendrik F. Bana, SH dan Hubertus Kun Bana, SH. Dalam sambutannya, Wakil Bupati menyampaikan pesan mendalam tentang makna salib dalam kehidupan umat Kristen. Menurutnya, salib bukan hanya simbol penderitaan, tetapi juga gambaran nyata tentang pengorbanan, ketaatan, dan solidaritas. Melalui salib, kita belajar tentang kasih yan...
Komentar
Posting Komentar